Mungkin anda sudah sering
mendengar kata sehat dan sakit, namun apakah anda tahu mengenai pengertian
sehat dan sakit yang sebenarnya menurut Undang-Undang, dan menurut Worl Heatlh
Organization (WHO). di dalam makalah ini saya akan membahasnya. namun bukan
hanya pengertian Konsep sehat dan Sakit saja, namun juga ada :
- Konsep Pendidikan Sehat,
- Konsep Promosi Kesehatan,
- Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kesehatan,
- Setting dan Audiens Pendidikan Kesehatan, dan
- Hubungan Antara Sehat, Pendidikan, Promosi Kesehatan, dan Tingkat Pencegahan Penyakit.
Berikut isi makalahnya silahkan anda simak dengan baik.
A. KONSEP SEHAT DAN SAKIT
1. Definisi Sehat
a. Menurut Undang – Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009.
Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
b. Menurut
World Health Organization (WHO).
Kesehatan adalah
keadaan kesejahteraan secara fisik, mental dan sosial yang lengkap, dan bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.
2. Definisi Sakit
a. Definisi Sakit Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sakit adalah suatu
keadaan tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita suatu penyakit
(seperti demam, sakit perut dan sebagainya).
b. Menurut
Definisi Medis.
Sakit adalah sebuah perasaan, pengalaman tidak sehat
yang sepenuhnya pribadi, bagian dalam seorang orang pasien. Seringkali disertai
penyakit, tapi penyakit ini mungkin dideklarasikan, seperti pada tahap awal
kanker atau TBC atau diabetes. Kadang-kadang penyakit ada di mana tidak ada
penyakit dapat ditemukan.
B. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN
Menurut
(notoatmodjo.2011) pendidikan kesehatan
adalah usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan perilaku mereka, untuk mencapai tingkat
kesehatannya secara optimal. melalui suatu proses belajar yaitu terjadinya
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri
individu, kelompok, atau masyarakat. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila
dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan
kesehatan itu adalah :proses belajar pada individu, kelompok, atau masayarakat
dari tidak tahu nilai-nilai kesehatan menjadi tahu akan nilai-nilai kesehatan.
dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu
mengatasi masalah kesehatannya.
C. KONSEP PROMOSI KESEHATAN
1. Hasil
rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan
bahwa Promosi Kesehatan
adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.Dengan kata lain, Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap
masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2010).
2. Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengandalkan faktor- faktor yang
mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
3. Menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2005, Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO,
Indonesia merumuskan pengertian Promosi
kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber
daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
Ada beberapa faktor yang behubungan dengan kesehatan
yaitu :
1. Lingkungan (environment).
2. Perilaku (behavior).
3. Pelayanan kesehatan (health
services).
4. Keturunan (heredity).
a. Lingkungan (environment).
Lingkungan
disini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi. Intervensi
terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk perbaikan sanitasi
lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi,
pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan,
perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan.
b. Perilaku
(behavior)
Perilaku
mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan. Bila seseorang berperilaku positif
terhadap lingkungan dan kesehatannya maka seseorang akan mendapatkann feedback
yang positif pula.
c. Pelayanan
kesehatan (health services)
Intervensi
terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan perbaikan
fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Keturunan
(heredity)
Intervensi
faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan kesehatan
khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit keturunan.
Keempat
faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain
mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan perilaku juga
mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.
E. SETTING DAN AUDIENS PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan
kesehatan memiliki ruang lingkup yang dapat dilihat dari berbagai dimensi.
Antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau
aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
1. Sasaran Pendidikan Kesehatan :
a. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu.
Pendidikan ini harus dilakukan dengn metode yaitu;
1)
bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling),
untuk dapat merubah perilaku klien, dengan cara ini kontak klien dengan petugas
lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat di korek dan
dibantu penyelesaiannya. Pada akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.
2) Sebelum
melakukan konseling wawancara klien terlebih dahulu untuk dapat menggali
informasi mengapa ai tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
diadopsi itu belum mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Pendidikan kesehatan kelompok, dengan sasaran kelompok.
Metode pendidikan
kesehatan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal pada sasaran.
Kelompok besar
1)
Ceramah : metode ceramah cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
2)
Seminar : hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari
satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.
Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok :
dalam metode ini formasi tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga
saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak
ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,
pimpinan diskusi memberikan pancingan
berupa pertanyaan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada
dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) : Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling) : kelompok dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5
menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group) : Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan
suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok
tersebut dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play) : Beberapa anggota kelompok
ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu,
misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan
anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan
bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game) : Merupakan gambaran role play dan
diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti
permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
c.
Pendidikan
kesehatan masyarakat, dengan sasaran
masyarakat luas.
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
1) Ceramah umum (public speaking). Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan
Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
2) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
3) Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau
petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui
TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh :
”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
4) Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga
merupakan bentuk pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di
Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
5) Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk
artikel maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
6) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard
”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang
Nyamuk).
2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan :
a. Pendidikan
kesehatan di dalam keluarga (rumah).
Sasaran utama pendidikan
kesehatan ini adalah orang tua, karena mereka merupakan peletak dasar perilaku
terutama bagi anak-anaknya. Dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada orang
tua, maka mereka akan memiliki perilaku kesehatan yang baik dengan begitu maka
anak-anak di keluarga mereka akan mengikuti perilaku kesehatan yang mereka
lakukan. Sebagai contoh : jika orang tua mengetahui bahwa begadang di malam
hari adalah sesuatu yang tidak sehat, maka mereka akan melarang anak-anaknya
begadang, dan pada akhirnya anak-anak tersebut akan terbiasa dan mereka akan
mengikuti orang tuanya.
b.
Pendidikan kesehatan di sekolah.
Sasaran utama pendidikan kesehatan di sekolah adalah
murid, agar mereka memiliki pengetahuan dan lebih peka terhadap kesehatan,
biasanya di sekolah sering diadakan program atau penyuluhan tentang kesehatan
yang dilakukan oleh guru atau pekerja pelayanan kesehatan. sebagai contoh di
sekolah di adakan organisasi PMR (palang merah remaja) dengan begitu para murid
yang mengikuti organisasi tersebut akan mengetahui cara untuk melakukan
penangan pertama kepada temannya yang sakit atau terluka, guru di sekolah
sering memberitahukan kepada murid-muridnya harus mimilih dan memilah jajanan
yang sehat dan steril dari kuman. Dan disekolah sering di tempelkan poster-poster
tentang pengetahuan, dan pencegahan penyakit tertentu.
c.
Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan.
Pendidikan kesehatan ini dilakukan di rumah sakit, di
puskesmas, di klinik, dan sebagainya. Dengan sasaran pasien atau keluarganya.
Biasanya di beberapa rumah sakit dikembangkan unit pendidikan/promosi kesehatan
disebut PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit). PKMRS adalah
upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, keluarga dan kelompok
masyarakat sehingga pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan
rehabilitasinya, mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah
kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan melalui pembelajaran sesuai sosial
budaya masing-masing. Program ini berisi edukasi dengan mengadakan penyuluhan
kesehatan, informasi tentang kesehatan, dan upaya pencegahan penyakit dan
perubahan perilaku untuk hidup sehat.
d.
Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja.
Pendidikan kesehatan ini memiliki sasaran yaitu buruh
atau karyawan, melalui para manager institusi tempat kerja, sehingga mereka
peduli dan mau berbuat untuk meningkatkan kesehatan pekerjanya dan
mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja, misalnya pembentukan
unit K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Dengan diadakannya penyuluhan atau
program kesehatan oleh institusi tempat kerja maka para karyawan akan
mendapatkan pengetahuan kesehatan dan mereka dapat menjalankannya.
e.
Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum (TTU).
Sasaran pendidikan
kesehatan ini adalah masyarakat, melalui para pengelola tempat-tempat umum
seperti pasar, terminal, pusat perbelanjaan, taman kota, tempat-tempat olah
raga, dan sebagainya. Tempat-tempat tersebut harus dilengkapi fasilitas
kesehatan dan sanitasi terutama WC umum dan air bersih. Selain itu sebaiknya
diimbangi dengan himbauan-himbauan kesehatan dan kebersihan melalui leaflet,
poster, spanduk, dll.
3. Tingkat Pelayanan Kesehatan
a.
Promosi Kesehatan (health promotion).
Tindakan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan agar dapat melakukan pencegahan penyakit. Dalam tingkat ini
pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan higiene perorangan, dan sebagainya.
Contoh:
1)
Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas dan
kwantitasnya.
2)
Perbaikan
hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan tinja dan limbah.
3)
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk
kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
4)
Konseling pernikahan dan pendidikan seks.
5)
Skrining genetik.
b. Perlindungan
Khusus ( specific protection).
Bentuk pelayanan perlindungan khusus misalnya
imunisasi, karena banyaknya orang yang tidak mengetahui pentingnya imunisasi
sebagai bentuk perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anaknya.
Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit, dan menghentikan penyebaran
penyakit tertentu.
Contoh:
1) Memberikan
immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit dengan adanya
kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
2) Isolasi
terhadap orang yang menderita penyakit menular. misalnya yang terkena flu
burung ditempatkan di ruang isolasi.
3) Pengendalian
sumber-sumber pencemaran.
4) Perlindungan
terhadap bahaya kerja.
5) Perlindungan
dari karsinogen.
6) Perlindungan
dari kecelakaan.
c.
Diagnosis Dini dan Perlindungan Segera ( early
diagnosis and prompt treatment).
Pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
penyakit, maka sulit untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam
masyarakat. Bahkan masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan
kesehatan yang layak. Tindakan ini bertujuan untuk menemukan penyakit sedini
mungkin dan melakukan pengobatan dengan cepat dan tepat.
Contoh:
1)
Pengobatan yang cepat dan tepat bagi setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2)
Melakukan pemeriksaan selektif untuk memulihkan dan
mencegah proses penyakit, mencegah penyakit menular, mencegah komplikasi dan
akibat lanjutan, mempersingkat periode kecacatan.
3)
Mencari kasus melalui survei skrining individual dan
massal.
d.
Pembatasan cacat (disability limitation)
Tindakan ini bertujuan untuk penatalaksanaan terapi yang adekuat pada
pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya
kecacatan yang akan timbul. Karena kurangnya
pengertian dan kesadaran di masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
masyarakat sering tidak melanjutkan pengobatannya hingga tuntas. Yang
mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau mengalami ketidakmampuan.
Contoh:
1) Penyediaan dan perbaikan fasilitas kesehatan untuk membatasi kecactan dan
mencegah kematian.
2) Terapi adekuat untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah komplikasi
atau akibat lebih lanjut.
e. Rehabilitasi
(rehabilittions).
Setelah sembuh dari suatu
penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya
diperlukan latihan-latihan tertentu. Biasanya orang yang cacat menjadi malu
untuk kembali ke masyarakat. Dan tidak jarang masyarakat tidak menerima mereka
sebagai anggota masyarakat yang normal. Pendidikan kesehatan diperlukan bukan
untuk orang yang cacat saja tetapi juga untuk masyarakat, agar mereka lebih
mengerti akan pendidikan kesehatan.
Contoh:
1) Penyediaan fasilitas rumah sakit dan
komunitas untuk pelatihan kendali dan pendidikan untuk memaksimalkan penggunaan
kemampuan yang tersisa.
2) Pendidikan kepada masyarakat dan
industri untuk memberdayakan klien rehabilitasi setinggi mungkin.
3) Mengembangkan lembaga-lembaga
rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk
rehabilitasi orang yang cacat, mantan PSK, mantan pemakai NAPZAdan lain-lain.
F. HUBUNGAN ANTARA SEHAT,
PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN DAN TINGKATAN PENCEGAHAN PENYAKIT
1. Komunikasi
DK (dinamika kelompok) : adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang
efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan.
Contoh dinamika
kelompok: keluarga,RT,kawan sepermainan,
kelompok agama, partai politik, perhimpunan serikat kerja, dan lain-lain.
2. PPM
(pengembangan dan pengorganisasian masyarakat) : melalui PPM diharapkan
masyarakat dapat mengorganisasi komunitasnya sendiri untuk berperan serta dalam
penyediaan fasilitas, agar memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara
efektif.
Contoh: Pengembangan
masyarakat lokal (PML), Perencanaan sosial (PS).Aksi sosial (AS)
3. Pemasaran
sosial (social marketing) : bertujuan untuk memasyarakatkan produk kesehatan
baik berupa peralatan, fasilitas maupun jasa-jasa pelayanan. Pemasaran sosial
di perlukan untuk intervensi pada faktor pendukung.
Contoh pemasaran
sosial: memberikan contoh produk kesehatan gratis kepada masyarakat, mempromosikan
produk kesehatan di acara-acara tertentu.
4. P.O
(pengembangan organisasi) : agar organisasi dapat berfungsi sebagai faktor
pendukung dan pendorong perubahan perilaku kesehatan masyarakat, itinstitusi
kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan dan organisasi-organisasi
masyarakat harus dikembangkan.
Contoh pengembangan
organisasi : mengembangkan posyandu, bina keluarga balita (BKB) menjadi lebih
baik lagi, mengembangkan organisasi kesehatan masyarakat, mengembangkan program
kesehatan masyarakat keliling terpadu (prosmiling terpadu), dan lain lain.
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga)
faktor utama, yakni :
1. Predisposing
factor (faktor mendasar) ; pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan yang dianut masyarakat, sistem nilai sosial, tingkat
pendidikan dan ekonomi, dan sebagainya.
2. Enabling
factor (faktor pemungkin) ; ketersediaan fasilitas kesehatan, ketersediaan dan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga, dan sebagainya.
3. Reinforcing
factor (faktor penguat) ; sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama
serta petugas kesehatan, undang-undang dan atau aturan-aturan yang terkait
dengan kesehatan, dan sebagainya.
Pendidikan
kesehatan penting untuk menunjuang program-program kesehatatan lain. Pendidikan
kesehatan merupakan jangka panjang (behavioral investment) yang artinya hasil
investasi pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian,
dalam waktu yang pendek pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan masyarakat. Walaupun peningkatan pengetahuan belum
berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan, tetapi akan berpengaruh
terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact). Dan
perilaku kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
Dari
bagan di atas dapat dilihat ada tiga
faktor yang membantu pendidikan kesehatan mempengaruhi perilaku. Yang pertama,
Predisposing factor (faktor mendasar) faktor ini dapat terlaksana melalui
dinamika kelompok. Kedua, Enabling factor (faktor pemungkin) faktor ini
terlaksana melalui pengembangan dan pengorganisasian masyarakat (PPM),
pemasaran sosial, dan pengembangan organisasi (PO). Ketiga, Reinforcing factor
(faktor penguat) faktor ini dapat terlaksana melalui program training
pengembangan organisasi. Setelah ketiga faktor tersebut mempengaruhi perilaku
akan terjadi perubahan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan, tetapi
dalam bagan tersebut ada faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan yaitu
lingkungan, keturunan, dan pelayanan kesehatan. lingkungan dapat memperngaruhi
status kesehatan karena jika lingkungan tidak baik maka kesehatan seseorang
akan terganggu. Keturunan dapat mempengaruhi karena jika seseorang memiliki
penyakit dalam tubuhnya yang dapat menurun kepada anaknya maka kesehatan anakny
akan terganggu. Dan pelayanan kesehatan mempengaruhi karena jika pelayanan
kesehatan tidak baik maka pasien yang dalam pengobatan tidak akan terlayani
secara maksimal yang mengakibatkan kondisi pasien tersebut terpengaruhi.
REFERENSI
A.
Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta.
B.
Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.
C.
Notoatmodjo, 2011, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan
Seni, Jakarta, Rineka Cipta.
D.
Undang – Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009.
E.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
F.
WHO.int/health topic/health.
G. Health
Behavior anda Health Education Karen Glanz, Barbara, K.Rimer, K.Viswanath
Tidak ada komentar:
Posting Komentar